Makalah Manusia dan Keindahan
MANUSIA DAN KEINDAHAN
Nama : Alvin Faiz Rinaldi
NPM : 50418609
Kelas : 1IA02
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Sri Hermawati
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
LATAR BELAKANG
Manusia identik dengan keindahan saling membutuhkan. Mengapa demikian? Karena manusia merupakan makhluk yang selalu membutuhkan pasangan. Menurut Aristoteles manusia disebut sebagai Zoon Politicon, artinya manusia selalu membutuhkan orang lain.
Menururt aliran Psikonalisis, manusia disebut sebagai Homo Valens (manusia berkeinginan) artinya dengan keinginannya manusia selalu membutuhkan keindahan, dan kesenian. Melihat berbagai fakta, ada beberapa faktor penyebab manusia dikatakan sebagai makhluk paling sempurna. Pertama, manusia memiliki akal pikiran, manusia memiliki budi pekerti, keinginan dihargai, dicintai, dan dimengerti.
Manusia juga pada umumnya senang terhadap sesuatu yang indah, baik terhadap keindahan alam maupun keindahan seni. Keindahan alam merupakan keharmonisan yang menakjubkan dari hukum-hukum alam, sedangkan keindahan seni merupakan buatan atau yang lebih dikenal dengan hasil cipta atau karya manusia yang berasal dari cipta, rasa, dan karsa.
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN KEINDAHAN
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan dari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, talenan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Pengertian keidahan menurut para ahli:
Sulzer, Kendahan itu adalah sesuatu yang baik, jika sesuatu itu belum baik, maka ciptaan itu belum indah.
Humo (inggris), Keindahan itu merupakan sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan.
Emmanuel Kant, Menurutnya pengertian keindahan itu dilihat dari 2 aspek, pertama keindahan yang subjektif (yaitu keindahan yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, akan tetapi mendatangkan rasa senang terhadap si penghayat) dan kedua keindahan yang objektif (keindahan yang mengandung keserasian terhadap apa yang dikandungnya).
Leo Tolstoy (Rusia), Dalam bahasa Rusia terdapat istilah yang serupa dengan keindahan yaitu “krasota”, artinya that which pleases the sigh atau suatu yang mendatangkan rasa yang menyenangkan bagi yang melihat dengan mata.
Herbert Read, Keindahan adalah suatu kesatuan hubungan formal dari pengamatan yang menimbulkan rasa senang. Pada umumnya orang mengatakan yang indah adalah seni, atau seni itu akan selalu indah, dan yang tidak indah bukanlah seni. Pandangan seperti ini akan menyulitkan masyarakat dalam mengapresiasi seni itu sendiri, sebab menurut pandangannya, seni itu tidak harus selalu indah.
Alexander Baurngarten (Jerman), Keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang mcrupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian, yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan keselunuhan. (Beauty is on of parts in their manual relations and in their relations to the whole).
Winchelman, Keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan.
Shaftesbury (Jerman), Yang indah itu adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah yang baik.
Selain itu keindahan juga memiliki pengertian lain :
Keindahan Dalam Arti Luas.
Menurut The Liang Gie bahwa keindahan dalam arti luas mengandung makna ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
§ keindahan seni
§ keindahan alam
§ keindahan moral
§ keindahan intelektual
Keindahan Dalam Arti Sempit (yang berhubungan dengan penglihatan).
Keindahan dalam arti sempit memiliki makna yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata.
Keindahan Dalam Makna Teori Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Biasanya manusia akan merenung apabila ada sesuatu atau musibah yang terjadi. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain :
a) Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition, dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images, warna, garis dan kata. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
b) Teori Metafisik
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni, pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimesis dari realita duniawi. Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Keranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi keranjangan itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
c) Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).
Nilai Estetik Keindahan
Menurut teori umum tentang nilai, The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai, seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” dijelaskan bahwa nilai adalah kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia atau sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok.
Nilai Ekstrinsik Keindahan
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (nilai bersifat sebagai alat atau membantu), contohnya puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik.
Nilai Intrinsik Keindahan
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya pesan puisi yang disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu sendiri.
Alasan Manusia Mencipta Keindahan
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu mengandung artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya justru tidak indah. Karena akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung itu berarti tidak alamiah. Maka keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Hubungan manusia dan keindahan
Manusia memiliki 5 komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Kelima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan rahasia ilahi, Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengan akal pikiran manusia melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari nilai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan dari suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu indikator dari keindahan. Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain, oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda, kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian, jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya satu hal sudah pasti yakni untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang baik dan indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia karena dengan keindahan itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan itu perasaan kemanusiaannya tidak terganggu.
Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal agar bisa terealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis. Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan sempurna, karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.
DAFTAR PUSTAKA
Liang Gie, The. 1983. Garis Besar Estetik (Yogyakarta: Supersukses)
Mustopo, M Habib. 1983. Ilmu Budaya Dasar (Kumpulan Essay - Manusia Dan Budaya) (Surabaya: Usaha Nasional)
NPM : 50418609
Kelas : 1IA02
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Sri Hermawati
Comments
Post a Comment